2.2k penonton · 30 Desember 2021
Journalist
Hoaks adalah berita bohong atau palsu yang sebagian besar dibuat untuk meresahkan masyarakat dan di sisi lain dibuat untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu. Selama pandemi Covid-19, sebaran hoaks di internet, terutama media sosial, makin meningkat.
Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kemenkominfo dari 23 Januari 2020 hingga 1 Februari 2021, sebaran fake news yang paling banyak ada di platform media sosial Facebook, sebanyak 1702 hoaks, kemudian disusul Twitter 490 hoaks, YouTube 30 hoaks, dan Instagram 21 hoaks.
Uniknya, dari fenomena hoaks ini siapa pun berpotensi menjadi pelaku, termasuk orang yang terkenal. Misalnya saja hoaks di Twitter yang berasal dari akun centang biru atau sudah diverifikasi seperti Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dengan kata lain, Anda tidak bisa memercayai suatu informasi begitu saja, sekalipun berasal dari orang ternama atau berpengaruh. Di sinilah pentingnya memahami literasi digital.
Ada banyak alasan seseorang menyebarkan berita bohong. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
Minimnya literasi digital dan kebiasaan membaca hanya dari judul yang bombastis membuat sebagian orang asal membagikan kembali informasi yang dianggap menarik karena berhasil viral. Selain itu, mereka tidak mau ketinggalan share info terkait konten yang sesuai pandangannya maupun kelompok tertentu yang diminatinya. Dengan kata lain, sebagai bentuk fanatisme.
Sementara itu, sebagian lainnya turut menyebarkan berita bohong demi eksistensi sebagai orang yang paling up to date dan merasa informasinya bermanfaat, sekalipun pelaku tidak mencari tahu terlebih dahulu perihal kebenarannya.
Anda mungkin pernah atau sering mendengar kata buzzer di media sosial, bukan? Buzzer ini bisa berkonotasi positif maupun negatif. Untuk yang negatif, umumnya buzzer merupakan profesi yang dibayar sesuai kesepakatan untuk menyebarkan informasi tertentu yang merugikan pihak lain, membuat gaduh, dan lainnya yang termasuk ke dalam berita palsu atau dipelintir dari informasi aslinya.
Melakukan penyebaran fake news adakalanya dilakukan dengan tujuan sindiran terhadap suatu pihak agar bisa mengambil keuntungan dari konflik yang terjadi untuk memengaruhi pola pikir serta penilaian masyarakat terhadap pihak tersebut.
Tak hanya itu, hoaks pun bisa menjadi cara melakukan propaganda dengan tujuan menggaet massa sebanyak-banyaknya dan mulai memengaruhi mereka untuk menjatuhkan suatu perusahaan atau negara, misalnya.
Itulah informasi seputar penyebaran kasus hoaks di beberapa platform media digital, fakta unik hoaks, ciri-ciri hoaks, dan alasan mengapa seseorang menyebarkan berita palsu. Jika Anda ingin turut memerangi hoaks, termasuk berita miring terkait kasus Covid-19 hingga vaksin di Indonesia, Anda bisa mencari tahu lebih lanjut seputar sumber berita valid terkait informasi tersebut dan melaporkan temuan hoaks Anda ke Kemenkominfo.
Jangan lupa untuk terus meningkatkan keterampilan Anda secara soft skill dan hard skill di dunia digital untuk turut memberikan edukasi kepada orang-orang di sekitar Anda. Salah satu caranya dengan mengikuti kursus online gratis di QuBisa sebagai platform belajar Indonesia terpopuler. Beberapa video pembelajaran lainnya yang bisa Anda tonton adalah:
0Komentar
QuBisa © 2025. All rights reserved.