3.5k penonton · 25 Desember 2021
Lecturer | Communication Researcher
Berbagai teori tentang kehidupan manusia tampaknya selalu menjadi perbincangan, bahkan perdebatan, di tengah masyarakat. Kehidupan manusia tidak akan pernah ada habisnya untuk dibahas, termasuk dituangkan dalam sebuah buku. Salah satu tulisan yang membahas masalah ini adalah buku Humankind karya Rutger Bregman.
Dalam buku berjudul Humankind: Sejarah Penuh Harapan karya Rutger Bregman, isinya berhubungan erat dengan kehidupan manusia dan harapan-harapannya. Selain itu, Anda juga akan menemukan bahwa sebagian besar manusia yang ada di dunia pada dasarnya merupakan orang yang baik. Hal ini terlihat pada saat terjadinya bencana besar maupun krisis yang ada di sekitarnya, yang memunculkan sisi terbaik dari diri manusia.
Ada beberapa poin penting yang disampaikan Rutger Bregman dalam buku Humankind. Rutger Bregman adalah individu yang pemikirannya baik untuk dipelajari karena selalu berpikir optimis. Mungkin alasan ini pula yang membuat penerbit nasional di Indonesia meluncurkan buku terjemahan Humankind pada tahun 2019. Momennya tepat karena dengan adanya buku ini memberi gambaran bahwa setiap individu mampu berpikir realistis dan optimis.
Beberapa poin yang ada di buku ini, misalnya, ketika Anda merasa ragu, asumsikan yang terbaik. Jangan pernah ragu, pede saja. Pikirkan semua skenario kemenangan karena dengan berpikir semua menang, rasa optimis Anda akan terbangun.
Negative thinking yang terjadi ketika Anda memikirkan hal-hal yang berada di luar kendali justru akan membuat Anda berhenti menjadi kreatif, berhenti berpikir kreatif, atau berhenti melakukan berbagai tindakan kreatif. Berpikir kreatif kuncinya adalah optimisme. Berpikir kreatif artinya ada yang bisa kita kendalikan, meskipun banyak juga hal di luar sana yang tidak bisa dikendalikan.
Secara lengkap, jika ingin mengetahui berbagai poin penting dalam buku Humankind karya Rutger Bregman, simak penjelasannya pada video microlearning di atas. Anda juga bisa mencari tahu poin-poin lainnya dari buku Humankind dengan membaca artikel QuBisa di bawah ini.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa setiap manusia terlahir dengan bekal sisi positif yang dapat digunakan untuk membangun hubungan sosial yang baik. Misalnya, sifat saling menolong, saling membantu, serta saling memulihkan diri satu sama lain saat harus berhadapan dengan peristiwa buruk.
Contoh lain, manusia tidak menyukai para serdadu perang yang tega menarik pelatuk, banyaknya korban yang berjatuhan akibat serangan, hingga penembakan secara langsung. Hal ini dirasakan oleh setiap manusia, apa pun situasinya, bahkan bagi orang yang tidak mengalami secara langsung. Ini menjadi sisi terbaik manusia, di mana ada kepedulian terhadap sesama.
Dalam karya ini disebutkan, akan lebih realistis jika Anda memiliki anggapan bahwa setiap manusia pada dasarnya baik. Jika Anda sering menganggap orang lain buruk, secara tidak langsung akan memengaruhi cara Anda memandang orang lain. Hal ini berpotensi menjadi bagian politik serta ekonomi di sekitar Anda.
Kepercayaan terhadap kebaikan manusia dapat mengubah cara pikir dan sikap Anda saat berhadapan dengan orang lain. Itulah kenapa, penting memiliki kepercayaan terhadap kebaikan sehingga Anda memiliki cara pandang yang baik pula terhadap kehidupan beserta segala sesuatu di dalamnya.
Kedua poin sebelumnya dikuatkan dengan adanya peristiwa besar yang pernah terjadi, seperti Perang Dunia dan Kamp Konsentrasi Auschwitz. Saat menyusun buku Humankind, Rutger Bregman melakukan riset terhadap peristiwa tersebut, yang merupakan bagian dari sejarah manusia dari masa ke masa.
Sejarah yang diulas di dalam buku dipaparkan dengan penuh harapan melalui pembahasan dari beberapa sisi. Bahkan, penulis mendorong pembaca untuk lebih mengenali diri sendiri dengan berkaca pada sejarah yang ada, termasuk bagaimana permasalahan muncul yang berasal dari sejarah tersebut.
Dari buku Humankind, poin penting lainnya yang sangat berpengaruh dalam kehidupan adalah harapan dalam hidup yang selalu ada. Setiap manusia masih mempunyai harapan untuk memiliki dan membangun dunianya dengan lebih baik.
Dunia yang kompleks juga memungkinkan manusia memiliki sisi lain yang bersifat paradoks. Harapan untuk menjadi manusia yang lebih baik serta keinginan menghadirkan pengaruh positif dalam kehidupan selalu melekat dalam diri manusia.
Di samping sisi positif, manusia juga memiliki sisi suram yang menggambarkan sifat manusia sesungguhnya. Ribuan catatan sejarah digunakan dalam buku ini untuk menggambarkan berbagai ilmuwan, filsuf, dan penulis, yang turut mengilustrasikan sifat manusia.
Bahkan penulis buku Humankind menemukan pandangan yang sama tentang buruknya sifat manusia. Hal ini dikemukakan oleh filsuf Yunani, pemikir pencerahan, psikolog hingga teks agama. Semua sepakat, pada dasarnya manusia ialah pendosa, egois, tidak bisa dipercaya, dan eksploitatif.
Keyakinan penulis buku Humankind kemudian tervalidasi dengan belajar berdasarkan fenomena alam, seperti kebakaran, banjir, krisis iklim, kenaikan permukaan laut, hingga pandemi. Setiap peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan tentu ada campur tangan manusia dan bisa menjadi petunjuk mengenai sifat dasar manusia.
Namun, dari setiap peristiwa yang terjadi itu pula, terbentuk pandangan baru agar manusia lebih bijaksana dalam menentukan tujuan serta mengambil cara paling baik demi peningkatan hidup. Inilah yang di masa setelahnya menjadi cara baru menjalani hidup dengan berperilaku dan memiliki prinsip yang terus berkaca pada fenomena alam.
Di zaman pemburu dan pengumpul, manusia memang tidak tinggal menetap dan harus berpindah-pindah atau nomaden. Mereka juga sering membentuk kelompok yang saling berinteraksi satu sama lain. Anggota kelompok bisa berganti-ganti, di mana anggotanya akan bertemu dengan ribuan anggota lainnya. Ini menunjukkan perjalanan peradaban manusia sejak zaman dahulu bahwa kehidupan masa itu tidak melulu berisi kekerasan atau perang belaka.
Pelajari pula microlearning lainnya di platform belajar online QuBisa dengan topik pemberdayaan diri individu, seperti:
0Komentar
QuBisa © 2025. All rights reserved.