3.2k penonton · 28 Desember 2021
Mahasiswi Universitas Brawijaya
Di media sosial, tingkah seseorang yang bucin pada pasangannya dinilai romantis oleh sebagian orang. Selain itu, biasanya ditunjukkan dengan seringnya orang tersebut mengunggah kebersamaan atau foto pasangannya disertai caption yang manis. Kemudian saling berbalas komentar. Ya, memang tidak salah. Karena budak cinta bisa berkonotasi positif maupun negatif.
Rela berkorban dari sikap menjadi bucin pada dasarnya memang perilaku yang normal. Hanya saja, dalam jangka panjang, mungkin kebucinan Anda bisa berubah menjadi negatif dan merugikan diri sendiri. Oleh sebab itu, mari cari tahu lebih lanjut efek negatif dari kebucinan. Baik dari sisi pelaku maupun penerima.
Dari sisi pelaku atau bucin akan merasa egois dan pamrih karena merasa sudah banyak berkorban untuk pasangannya. Dia akan meminta pasangan untuk menerima segala bentuk perhatiannya. Sementara dari penerima perhatian bucin bisa saja merasa risih karena perhatian yang terlalu berlebihan atau sebaliknya, menjadi egois dengan menuntut pasangan untuk mengikuti maunya.
Penerima kebucinan mungkin saja akan terus ketergantungan pada pasangannya (pelaku bucin), seolah tak bisa melakukan apa pun jika tak dibantu oleh pasangan. Kemudian akhirnya jadi drama berkepanjangan.
Sementara pelaku bucin yang mulanya selalu bersemangat untuk mengorbankan banyak hal pada pasangannya, akhirnya merasa bosan karena selalu melihat orang yang sama secara berulang, setiap hari, bahkan hampir setiap waktu.
Ya, secinta apa pun Anda pada pasangan. Selalu ada saat di mana Anda ingin sendirian dan memberi jeda untuk bertemu agar bisa merasakan rindu.
Seseorang yang mulanya sangat bucin terhadap pasangannya, lambat laun mungkin saja akan mulai berpikir untuk mencari pasangan yang baru. Penyebabnya bisa karena segala usahanya selalu dianggap kurang oleh pasangan. Ya, dalam hubungan cinta yang sehat, cinta itu harus take and give.
Selain beberapa poin di atas, masih banyak efek negatif dari kebucinan atau jadi budak cinta yang bisa Anda simak di microlearning kali ini. Ketika Anda menyayangi seseorang, dibandingkan menjadi budak cinta, akan lebih baik jika sama-sama berusaha membangun hubungan cinta yang sehat.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa Anda terapkan agar bisa membangun relationship yang sehat dan saling take and give.
Jika komunikasi antara Anda dan pasangan terjalin dengan baik serta terbuka, maka hubungan yang sehat dapat tercapai. Ciri khas dari relationship yang sehat atau baik adalah di mana Anda memiliki keberanian untuk membicarakan apa pun dengan pasangan. Baik itu tentang pekerjaan, kesehatan, dan keuangan. Jadi, tidak akan timbul sikap saling menghakimi satu sama lain.
Anda pasti sudah tahu jika pondasi hubungan adalah kepercayaan. Kepercayaan di sini bukan sekadar memastikan bahwa pasangan Anda tidak akan selingkuh atau berbohong. Percaya di sini berarti percaya jika pasangan Anda tidak akan menyakiti secara fisik atau mental.
Ciri lainnya dari hubungan yang sehat adalah adanya sikap saling menghormati atau menghargai. Misalnya saja dengan mendengarkan keluhan pasangan Anda. Selain itu, Anda bisa saling memahami dan memaafkan kesalahan satu sama lain.
Saling menghargai pun bisa ditunjukkan dengan memberi pasangan ruang dan waktu untuk sendiri atau bersama keluarga dan sahabatnya tanpa kehadiran Anda. Jangan lupa juga untuk mendukung pasangan Anda dalam mengejar tujuan dan impian mereka.
Itulah penjelasan mengenai dampak negatif kebucinan dan cara membangun hubungan yang sehat dengan pasangan. Jika Anda membutuhkan tips lainnya seputar kehidupan percintaan, di platform belajar online QuBisa ada banyak microlearning terkait motivation dan psychology:
0Komentar
QuBisa © 2025. All rights reserved.