Unduh Aplikasi QuBisa
Keadaan Digital Divide di Indonesia Menurut Global Competitive Index
Artikel
Digital Marketing

Keadaan Digital Divide di Indonesia Menurut Global Competitive Index

Magdalena Amelia Anur Septawati Waruwu24 Jan 237 menit membaca

Tak bisa dipungkiri jika pandemi Covid-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia selama setahun terakhir, membuat penggunaan teknologi meningkat di masyarakat. Dengan berbagai hal yang dilakukan secara online, apakah artinya masyarakat makin melek teknologi? Tentu saja tidak. Karena ternyata, masalah baru muncul, yakni digital divide.

Problem ini kerap dialami negara berkembang dengan jumlah penduduk banyak, seperti Indonesia. Jika dibiarkan, kondisi ini akan menciptakan ketimpangan kemajuan teknologi, hingga tidak meratanya sektor perekonomian, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat.

Sebelum mengetahui keadaan digital divide di Indonesia, mari memahami terlebih dahulu pengertian digital divide.

Apa Itu Digital Divide?

Sekadar informasi, digital divide merupakan kondisi di mana terdapat ketidakseimbangan pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi di suatu wilayah. Contoh termudahnya adalah masyarakat perkotaan yang sudah terbiasa menggunakan teknologi digital. Sementara masyarakat pedesaan belum merata. Padahal saat ini arus teknologi terus berkembang pesat.

Apalagi semenjak wabah corona yang melanda di tahun 2020. Mau tak mau teknologi menjadi satu-satunya solusi agar manusia bisa tetap berinteraksi dan melakukan berbagai aktivitas, meski ada pembatasan sosial demi mengurangi potensi penyebaran virus. Penduduk perkotaan tentu tak masalah jika harus menjalani pembelajaran jarak jauh dan bekerja online melalui laptop maupun smartphone. Namun, bagaimana dengan masyarakat di pelosok?

Kurangnya pemahaman atas teknologi inilah yang akhirnya memicu adanya kesenjangan digital. Jika Anda merupakan pelaku bisnis online, tidak meratanya pertumbuhan teknologi digital menjadi masalah berat. Misalnya saja, Anda merupakan pebisnis online untuk kebutuhan petani di desa. Kalau para petani tak paham teknologi, jelas mereka tidak dapat mengakses produk online tersebut.

Penyebab Digital Divide di Indonesia

Agar bisa mengatasi kesenjangan teknologi yang terjadi, perlu diketahui terlebih dahulu penyebab utamanya. Berikut adalah beberapa penyebab digital divide di Indonesia.

Masalah Finansial

Hal pertama yang menjadi penyebab munculnya kesenjangan dalam teknologi digital adalah masalah finansial. Seperti yang Anda tahu, harga gadget, entah laptop, smartphone, atau layanan Wi-Fi, tentu tak seluruhnya bisa dijangkau masyarakat.

Masalah finansial adalah salah satu penyebab terjadinya digital divide

Kemampuan finansial yang rendah membuat mereka tak bisa memiliki perangkat teknologi dan akhirnya memicu terjadinya kesenjangan. Bagi mereka dengan upah pas-pasan, memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari lebih penting daripada membeli gadget dan kuota data internet.

Infrastruktur Teknologi Tak Merata

Sebagai negara kepulauan, penyebab terbesar kesenjangan akses teknologi adalah karena infrastruktur yang tidak merata. Dengan penduduk lebih dari 260 juta jiwa, pengguna internet di tanah air sudah menembus 171 juta jiwa per tahun 2018. Hanya saja, masih banyak pelosok desa yang belum dijangkau listrik dan internet, sehingga membuat arus informasi bermasalah.

Perbedaan Gaya Hidup Masyarakat

Penyebab berikutnya kenapa tak semua orang mendapat akses teknologi digital yang setara adalah perbedaan gaya hidup. Masyarakat pedesaan terbiasa bercengkrama dengan tetangga dan melakukan pekerjaan di lahan pertanian. 

Tentu tidak terlalu membutuhkan update media sosial atau melakukan Zoom meeting dengan rekan bisnis seperti masyarakat kota. Perbedaan gaya hidup inilah yang akhirnya memicu semakin lebarnya jurang perbedaaan akses digital antara masyarakat kota dan desa di Indonesia.

Rendahnya Pemahaman Teknologi

Digital divide juga dipicu oleh rendahnya literasi digital dan pemahaman teknologi karena pendidikan yang tidak merata. Jika anak kota dan pedesaan sudah terbiasa memegang smartphone di usia TK, anak-anak di desa terpencil mungkin belum bisa mencoba akses internet sampai SMA. Pendidikan yang belum merata ini lagi-lagi dipengaruhi infrastruktur yang belum memadai.

Regulasi Teknologi Tiap Daerah

Penyebab terakhir yang melatarbelakangi munculnya ketimpangan teknologi adalah regulasi yang berbeda. Ada banyak daerah di Indonesia yang cukup rumit dalam hal pembangunan infrastruktur teknologi, lantaran mempertimbangkan budaya dan tradisi masyarakat. Namun, jika dibiarkan, penduduk daerah akan semakin lama juga dalam proses melek teknologi.

Bagaimana Keadaan Digital Divide di Tanah Air

Menurut Presiden Jokowi pada awal Agustus 2020, daya saing digital Indonesia masih jauh dari harapan. Berdasarkan survei lembaga IMD World Digital Competitiveness pada 2019, Indonesia ada di peringkat delapan terbawah. Bahkan dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand di posisi 40, Malaysia di posisi 26, dan Singapura di posisi 2, posisi Indonesia di peringkat 56 tentu kurang menyenangkan.

Apa yang disampaikan Presiden Jokowi senada dengan laporan Global Competitive Index alias Indeks Daya Saing Global. Di mana Indonesia meraih poin 64.629 pada tahun 2019, lebih rendah daripada tahun 2018 yang mendapatkan nilai 64.935. Nilai Indonesia lebih baik daripada Filipina dengan 61.869 dan Vietnam di 61.543.

Dalam IMD World Digital Competition 2020, Indonesia bahkan dilaporkan ada di posisi terendah dari seluruh dunia, dalam hal pengetahuan dan keahlian penggunakan teknologi. Di mana keduanya merupakan pilar terpenting dalam ekonomi digital atau era industri 4.0.

Global Competitive Index dapat melihat digital divide yang terjadi di Indonesia

Tentunya masih cukup panjang perjalanan Indonesia dalam mengatasi masalah digital divide. Diperlukan reformasi pendidikan dan pemerataan infrastruktur teknologi selama bertahun-tahun, agar seluruh masyarakat tanah air semakin melek teknologi. Namun, dengan sinergi maksimal pemerintah dan seluruh warga, tentu kesenjangan dalam hal teknologi digital bisa diatasi.

Anda yang memiliki keterampilan digital milenial yang ingin dibagikan, tentu bisa membantu pemerintah dalam mengatasi hal ini. Misalnya saja membagikan ilmu yang dimiliki melalui pembuatan konten video edukasi. Yang mana nantinya bisa membantu putra putri daerah untuk meneruskan ilmu tersebut.

Jika Anda bingung untuk berbagi ilmu yang dimiliki, Anda bisa mencoba mendaftar sebagai instruktur di QuBisa. Platform belajar online yang menyediakan berbagai pilihan kursus online, baik kursus online gratis maupun berbayar dan webinar gratis, hingga webinar pengembangan diri, serta kursus leadership online yang bisa diakses seumur hidup.

Saat ini, platform e-learning QuBisa juga sedang mengadakan lomba video microlearning festival berhadiah total jutaan rupiah, terbuka untuk umum. Nah, ini merupakan kesempatan yang baik untuk Anda yang senang membuat konten video edukatif untuk bagi ilmu dapat hadiah.

No Image

0Comments

no profile

Artikel Untuk Kamu

Lihat Semua

Saran Untuk Kamu

Lihat Semua